Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika geopolitik di Timur Tengah terus berkembang. Hal ini terjadi setelah pecahnya perang Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.
Setelah hampir 11 bulan berperang, belum ada tanda-tanda de eskalasi. Bahkan, perang tersebut sudah mulai meluas dengan sejumlah milisi pro Iran mulai meluncurkan serangan ke Israel untuk membantu Hamas.
Berikut perkembangannya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Selasa (3/9/2024):
1. Inggris Hukum Israel
Inggris mengumumkan akan menangguhkan beberapa lisensi ekspor senjata ke Israel karena terdapat “risiko yang jelas” hal itu digunakan untuk melakukan atau memfasilitasi pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional.
Mengutip laporan The Guardian, penangguhan, yang kemungkinan akan menyebabkan ketegangan dengan pemerintah Amerika Serikat (AS), mencakup komponen untuk pesawat militer, helikopter, drone dan peralatan penargetan.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan bahwa pihaknya menerapkan 30 dari 350 lisensi senjata yang ada, tetapi hampir seluruhnya akan mengecualikan semua komponen Inggris untuk program jet tempur F-35, yang dipandang sebagai celah signifikan oleh kelompok pro-Palestina.
Komponen F-35 telah dibebaskan, kata para pejabat, karena mereka adalah bagian dari program global dan Inggris tidak memiliki kontrol sepihak atas komponen-komponen ini, yang dikirim ke Amerika Serikat (AS). Namun, mereka tidak akan dibebaskan pada kesempatan langka di mana bagian itu dikirim langsung ke Israel.
Lammy, yang menyadari sensitivitas masalah di Israel dan AS, menekankan keputusannya diambil lebih dalam kesedihan daripada kemarahan, menambahkan kesimpulan itu tidak sama dengan embargo senjata penuh, dan bahkan tidak sejauh penangguhan lisensi yang dibuat oleh Margaret Thatcher pada tahun 1982.
Lammy mengatakan kepada House of Commons bahwa keputusan penangguhan itu didasarkan terutama pada bukti mengenai perlakuan terhadap tahanan Palestina dan pembatasan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dia mengatakan tindakan Israel dalam perang di Gaza termasuk penghancuran rumah-rumah skala luas berkontribusi pada penilaian risiko yang jelas dari pelanggaran serius hukum humaniter internasional.
“Kami belum – dan tidak bisa – arbitrase pada apakah Israel telah melanggar hukum humaniter internasional atau tidak. Ini adalah evaluasi ke depan, bukan penentuan tidak bersalah atau bersalah. Dan itu tidak berprasangka pada penentuan masa depan oleh pengadilan yang kompeten,” katanya.
2. Biden Kecam Netanyahu
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melontarkan kritik kerasnya kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Hal ini terkait 6 sandera Israel yang ditemukan tewas dalam tahanan milisi Hamas di Gaza, Palestina.
Dalam keterangannya, Biden menyebutkan bahwa Netanyahu tidak berkerja serius dalam membebaskan sandera. Padahal, AS telah melontarkan jalan menuju gencatan senjata untuk membebaskan sandera yang ditawan sejak 7 Oktober silam.
“Tidak. Netanyahu tidak bekerja serius dalam mencapai kesepakatan pembebasan sandera,” ucapnya dikutip Reuters, Senin (2/9/2024).
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebelumnya mengatakan bahwa keenam mayat sandera itu ditemukan pada hari Sabtu di sebuah terowongan bawah tanah di wilayah Rafah di Gaza selatan. Para sandera tersebut diidentifikasi sebagai Carmel Gat, Eden Yerushalmi, Hersh Goldberg-Polin, Alexander Lobanov, Almog Sarusi, dan Sersan Ori Danino.
Sejumlah sandera ini ditahan sejak tanggal 7 Oktober, hari di mana Hamas menyerang Israel dan menimbulkan perang besar hingga hari ini.
Meski berbagai perundingan telah dilakukan, belum ada tanda konkret perdamaian antara kedua belah pihak. Hamas kemudian menuding para sandera itu tewas lantaran serangan Israel sendiri.
3. Netanyahu Ogah Teken Perjanjian Damai dengan Hamas
Netanyahu menolak seruan untuk mengendurkan tuntutannya agar pasukan Israel tetap berada di wilayah perbatasan selatan Gaza sebagai syarat untuk kesepakatan gencatan senjata. Ia menegaskan bahwa menguasai koridor penting ini sangat vital bagi Israel untuk memutus jalur pasokan utama bagi Hamas.
Koridor Philadelphia, yang terletak di perbatasan selatan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir, menjadi titik perdebatan utama dalam upaya mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan mengembalikan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.
“Poros kejahatan membutuhkan Koridor Philadelphia, dan untuk alasan itu kita harus mengendalikan Koridor Philadelphia,” kata Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem, dilansir Reuters.