Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 492 orang tewas dan 1.645 lainnya terluka akibat gelombang serangan udara Israel terhadap sasaran-sasaran yang diduga terkait dengan kelompok Hizbullah.
Serangan ini menandai jumlah korban tewas harian tertinggi di Lebanon sejak berakhirnya perang saudara 1975-1990. Di antara korban tewas, terdapat 35 anak-anak dan 58 perempuan.
Puluhan ribu orang melarikan diri dari kota-kota dan desa-desa Lebanon selatan di sepanjang jalan utama menuju ibu kota, Beirut, dalam rentetan serangan paling intens di Israel dalam hampir setahun bentrokan lintas perbatasan, saat sirene juga terdengar di kota Haifa di Israel utara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan militer mengubah “keseimbangan keamanan” di sepanjang perbatasan utaranya.
“Saya berjanji kami akan mengubah keseimbangan keamanan, keseimbangan kekuatan di utara – dan itulah yang sedang kami lakukan,” katanya, dilansir The Guardian, Selasa (24/9/2024).
Kepala staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi,mengatakan militer Israel sedang mempersiapkan “tahap berikutnya” di Lebanon, dan akan menjelaskannya lebih lanjut nanti.
“Pada dasarnya, kami menargetkan infrastruktur tempur yang telah dibangun Hizbullah selama 20 tahun terakhir. Ini sangat penting,” katanya.
IDF mengatakan telah menyerang lebih dari 1.300 target Hizbullah dalam 24 jam terakhir, dalam serangan terbesarnya terhadap kelompok militan tersebut sejak perang Gaza dimulai Oktober lalu, ketika Hizbullah mulai menyerang Israel untuk mendukung Hamas.
Israel juga melakukan serangan udara di lembah Beqaa dan serangan udara keduanya di Beirut dalam seminggu, dengan apa yang dikatakannya sebagai serangan udara “terbatas” di pinggiran selatan Dahieh.