Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Druze menolak hasutan Israel untuk membalas serangan roket diduga dari kelompok Hizbullah Lebanon di Dataran Tinggi Golan, yang dianeksasi dan merupakan tempat tinggal suku minoritas tersebut.
Sebagai informasi, pada Sabtu lalu, sebuah proyektil jatuh di lapangan sepak bola di komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Insiden ini menewaskan 12 anak-anak dan orang muda serta melukai 30 lainnya.
Penolakan ini disampaikan setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengunjungi kota Druze Arab di wilayah tersebut pada Senin (29/7/2024).
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah kunjungannya, para pemimpin awam dan agama Druze mengatakan masyarakat menolak “upaya untuk mengeksploitasi nama Majdal Shams sebagai platform politik dengan mengorbankan darah anak-anak kita”.
Menyadari bahwa kepercayaan Druze “melarang pembunuhan dan balas dendam dalam bentuk apapun”, para pemimpin komunitas mengatakan “kami menolak pertumpahan setetes darahpun dengan dalih membalas dendam atas anak-anak kami,” seperti dikutip AFP pada Selasa (30/7/2024).
Namun, para pemimpin Druze mengatakan seluruh komunitas masih terguncang oleh kematian anak-anak tersebut. “Tragedi ini sangat besar, dampaknya menyakitkan dan kerugiannya ditanggung oleh setiap rumah tangga di Golan,” kata mereka.